Société peranakan et utopie: deux romans sino-malais (1934-1939)

Résumé In En

4. Claudine Lombard-Salmon (CNRS, Paris) memperkenalkan dua buah roman Melaju-Tionghoa jang ditulis pada tahun 1934 dan 1939 oleh seorang pengarang peranakan Liem-Khing-hoo (nama samaran Romano) dan kedua2nja terbit dalam madjalah Tjerita Roman jang ter- bit sebelum perang di Surabaja. Roman pertama berdjudul Berdjoeang mentjeriterakan bagaimana segolongan penganggur tjina di Djawa me- mutuskan untuk melepaskan diri dari kesengsaraan dengan mendiri- kan suatu masjarakat jang ideal di hutan2 Kalimantan; roman kedua berdjudul Masjarakat menggambarkan pedagang2 di Djawa Timur jang mentjoba untuk menanggulangi kesukaran2 ekonomi jang menim- pa mereka, dengan mempersatukan diri, dan mengorganisir produksi dan dengan mentjoba untuk mengurangi pengangguran dengan sistim kapitalis sosial. Kedua roman utopik ini mengungkapkan pribadi pengarangnja sendiri, pribadi jang terpetjah antara idé2 barat dan nilai nenek mojang- nja Tionghoa, dan djuga rasa takut dirobohkannja sistim bordjuis pe- ranakan oleh "malaise" sebelum tahun 30.

(4) Claudine Lombard-Salmon (CRNS, Paris) presents two Sino-Malay novels written in 1934 and 1939 by the peranakan writer Liem Khing-hoo (pseudonym: Romano) which appeared one after another in the review Tje- rita roman published before the war at Surabaja. The The first, Berdjoeang "Struggle", tells how a group of unemployed Chinese in Java decide to excape their misery by going to found an ideal society in the forests of Kalimantan; the second, Masjarakat, "Society", describes some traders from east Java who tried to solve the economic difficulties which plagued them by forming an association which organized production and tried to solve unemployment by a socialized capitalism. These two Utopian novels reveal the author's own personality, split between western ideas and Chinese ancestral values, as well as the uneasiness of the peranakan bourgeois which the "malaise" of the 30's had strongly shaken.